PETANI JOGJA MERINTIH TANGIS
Masih banyak yang tidak di ketahui. Penguasa hanya
mengerti membangun-membangun saja tanpa sungguh-sungguh mengetahui apa yg di
inginkan rakyat. Kesederhanaan rakyat sangat berdaulat, keutuhan dalam lembaran
kesederhanaan sangat menyeimbangkan hukum dunia bahwa kesederhanaan adalah
kesejahteraan bagi orang yang merasakan.
Piye ini pae?
Berpuluh-puluh
tahun rakyat jogja memeluk kedamaian, ladang yang menyerap perekonomian petani
kini runtuh menjadi gelagar tanah yang tak di simak dalam diskusi. Keputusan? Hanya
penguasa yang berkuasa. Yang tidak punya perekonomian dilenyapkan, hal itu
sebagian dari tradisi politik negri yg menyembayangkan uang uang uang dan uang.
Tanpa memikirkan keutuhan sang tuhan.
Otoriter
ini apa pantas kami jadikan perolok-olokan dalam sebuah pembicaraan. ‘’Rakyat mati
tuan tidak peduli’’ semboyan bangsa yg tak ada attitude dalam menjalani
keputusan. Sangat pantas kehidupan yg bergelar kami samakan dengan kerakusan
babi yang hidup di hutan dan memakan tahinya sendiri sangkin lapar dan rakus,
hak rakyat yang sangat menghormati kebudayaan di timbas dengan habis tanpa
peduli mendengar jerit tangis permohonan dari sang rakyat. Jika rakyat berfikir
lagi, sangat tidak pantas tuan, kami minta permohonan.
Bagaimana pae?
Kau yang tidak pernah diragukan atas
kecerdasan dan intelektual anda yang di notabenkan sebagai pemerintahan negri,
seharusnya merintihkan dasar kerendahan hati anda atas jerit tangis rakyat yang
meneriakan kata menolak pembangunan NYIA, rakyat pun mempunya hak sangat besar,
karena mereka hidup dalam kebebasan yang tidak sama sekali orang lain bisa mengadili.
Kebebasan rakyat sebagiannya adalah mempertahankan tanah atas dasar hak dan
kewajiban mereka.
Jika keadilan ini memerdekakan rakyat seharusnya
anda sangat mengerti apa yang di inginkan rakyat. Yang anda lakukan bukan hanya
kesejahteraan Negara dan kesejahteraan politik saja. Anda juga seharusnya
bertanggung jawab besar atas kemerdekakan rakyat 100%.
Komentar
Posting Komentar